Banyak orang yang berpersepsi bahwa donor darah itu adalah
sesuatu yang menakutkan. Membayangkan jarum suntik yang akan menusuk tubuh,
atau membayangkan darah yang akan mengalir keluar, berpikir “Akankah itu sakit
?”, atau “Tidakkah aku akan mati kalau aku kehilangan darahku?” (Orang alay).
Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang muncul disaat sebagian orang di
ajak untuk ikut donor darah, dan saya “dulunya” adalah bagian dari orang-orang
seperti itu (Bukan yang alay).
Bukannya takut akan jarum suntik, atau punya penyakit yang
kalau diambil darahnya bakalan K.O, tapi perasaan yang timbul dan suasana yang
dibangun oleh kata “donor darah” bisa dibilang terdengar sedikit mencekam.
Walaupun belum pernah merasakannya, tapi saat mengetahi bahwa darah akan di
ambil, atau mendengar bisikan-bisikan orang tentang bagaimana donor darah itu,
yang belum tentu kebenarannya karena mungkin saja orang itu juga belum pernah
donor darah, membuat saya mengurungkan niat untuk donor darah, sampai hari itu
tiba.
Sabtu, 16 Maret 2013
Atas ajakan abang senior dan paksaan(?) teman, akhirnya saya
mencoba untuk melangkah maju dengan mencoba sesuatu yang baru dalam hidup saya,
gak kebayang hari ini akan tiba, hari disaat saya memutuskan untuk berbagi
kepada orang-orang yang membutuhkan, beramal dengan niat yang ikhlas dan,,
dan,,, ya, hari ini adalah hari “Donor Darah” saya yang pertama.
Waktu pertama kali melihat ruangan yang akan dijadikan
tempat “pengeksekusian”, sedikit cemas. Bukan karena membayangkan suntik, atau
membayangkan darah, tapi karena melihat orang-orang yang gak dikenal
berkeliaran di dalam sana (masalah pribadi, abaikan).
Sesuatu kembali terjadi, saat seorang panitia mengatakan
bahwa (kira-kira perkataannya seperti ini) “Silahkan makan snack dalam kotak
yang sudah kami berikan, kita akan istirahat dan mulai lagi pada pukul satu,
isi perut anda, takutnya saat diambil darahnya, anda bakalan pingsan”. Langsung
saat itu kepikiran, BELUM MAKAN PAGI !!!
Kebiasaan gak makan pagi dan katanya akan mendapat nasi
kotak sehabis donor darah, dan gak kepikiran bakalan ada yang namanya
“istirahat”. Langsung berpikir yang macam-macam, kepikiran bakalan pingsanlah,
mimisanlah, gak sadarkan diri dan teman saya bakalan kabur, fakta yang
dikatakan RA dan MRT (nama disamarkan karena takut terjadi sesuatu hal yang
tidak diinginkan). Maka, saya pun langsung menghabiskan snack dalam kotak, dan
berdoa sesuatu hal buruk tidak akan terjadi (miris).
Cukup lama menunggu dan akhirnya nama saya dipanggil.
Sistematisnya begini. Saat nama dipanggil, maka peserta donor darah akan duduk
dibangku yang sudah disediakan menunggu giliran hingga sampai waktunya cek
tekanan darah dan golongan darah. Setelah itu kembali duduk menunggu sampai
giliran untuk donor darah dan setelah itu mendapat nasi kotak (yang paling
diincar saat itu).
Waktu duduk meunggu tiba saatnya giliran cek-cekan, sempat
memperhatikan orang yang darahnya lagi diambil. Setelah berbaring, dipakaikan
alat yang biasa digunakan untuk cek tekanan darah, gak tau juga apa fungsinya
karena gak dilepas walau suntikan sudah dimasukan di sela tangan (gak tau
namanya). Dan setelah itu, darah langsung mengalir dalam selang yang terhubung
dengan jarum dan disimpan pada kantongnya. Saat baca formnya, kalau gak salah ingat dan kalau gak salah baca darah yang
bakalan diambil itu 250cc, walau gak kebayang itu seberapa bagian dari darah
dalam tubuh, tapi kelihatannya banyak juga.
Waktu memperhatikan orang saat dimasukan suntik ke tubuh dan
saat diambil darahnya dalam berbagai ekspresi, perasaan semakin campur aduk.
Ada yang tidurlah (sepertinya lagi mencoba melupakan rasa sakit), ada yang
megang jidatnya sambil nyeringit (sepertinya lagi nahan rasa sakit), ada yang
abis diambil darahnya gak gerak-gerak dari tempat tidurnya hingga beberapa
lama, dan saat itu, ada juga orang yang udah berdiri dari tempat tidurnya tapi
balik lagi karena badannya lemas dan mau pingsan. Langsung kepikiran, apakan
separah itu yang bakalan terjadi, apakah hal itu juga akan menimpa saya, apakah
saya bakalan lebih parah kejadiannya karena gak makan siang. Melihat sebagian
orang lainnya yang “biasa-biasa aja” sehabis di ambil darahnya, langsung
terpikir saya terlalu berpersepsi yang berlebihan terhadap sesuatu.
Perut terasa mual dan jantung sedikit berdetak lebih cepat
dari biasanya. Ini memang bias terjadi saat menghadapi sesutu yang belum pernah
dihadapi sebelumnya. Giliran cek tekanan darahpun tiba. Saat orang yang bakalan
mencek tau kalau ini baru pertama kalinya saya mendonorkan darah, oranga itu
langsung bilang (lagi-lagi karena tidak terlalu ingat, kira-kira ini
omongannya) “Ini pertama kali ya, kalau terasa pusing, mual, mau muntah, bilang
aja langsung ya”. Huh, membuat orang semakin mual aja. Tapi dia melanjutkan “Banyak
orang yang takut donorkan daraahnya, padahal mereka belum merasakannya, rileks
aja”. Oke, sedikit tenang.
Gak nyangka bakalan sakit, saat cek golongan darah, jari
tenagah tangan kanan, entah itu ditusuk sesuatu, atau disentrum sesuatu (karena
rasanya seperti digigit semut), nyerinya gak hilang dalam waktu yang singkat.
Dalam pikiran “Ini aja nyeri, apalagi pas disuntik”.
Momen itu tiba, momen di saat darah saya untuk pertama
kalinya akan diambil. Waktu berbaring, langsung berdoa dalam hati agar tidak
terjadi sesuatu hal yang buruk saat donor darah nanti. Setelah dipasangangkan
alat yang biasanya digunakan untuk cek tekanan darah, orang yang bertugas
ngambil darah itu (singkat saja OYBND) mempersiapkan kantong darah yang sudah
terhubung dengan jarum suntiknya. Gak berani lihat, langsung aja memalingkan
wajah kearah lain. Saat suntik bakalan mau dimasukan, OYBNDnya minta untuk
tarik nafas serta tangan dikelapal, dan saat itu juga, jarum disuntikan,
rasanya sedikit nyeri dan sakit, tapi, gak separah apa yang terlintas dalam
benak selama ini.
Setelah beberapa lama, saat darahnya sudah keluar dan masuk
kedalam kantong darahnya, rasa sakitnya udah sudah mulai hilang, rasanya saat
darah keluar waktu itu sedikit gemetar, ditambah pikiran-pikiran kotor tentang hal buruk
lah yang memperburuk keadaan. Setelah beberapa menit, kira-kira sepuluh menit
(Gak memperhatikan jam waktu itu), OYBNDnya bilang udah selesai. Hah, langsung
terasa lega, beban pikiran langsung hilang karena sepertinya gak bakan terjadi
sesuatu yang buruk.
Tapi, pas setelah jarum suntiknya dicabut, rasa-rasa gak
jelas yang ditimbulkan setelah donor darah belum hilang, kembali ada orang yang
mau pingsan. Biasanya, orang yang sudah donor darah akan berbaring dulu untuk
beberapa saat biar nanti gak pusing atau sekedar menghilangkan rasa-rasa yang
gak jelas tadi, dan saya sepertinya satu-satunya orang saat itu yang langsung berdiri
dan bahakn bekas suntikannya belum ditutupi dengan plester. Waktu berdiri
ternyata memang agak sedikit pusing, tapi karena melihat ada orang yang udah
lemas, akhirnya hanya bisa menguatkan diri.
Ternya donor dara bukanlah sesuatu hal yang perlu ditakuti,
hal-hal buruk seperti lemas dan mau pingsan terjadi karena mungkin saja fisik
maupun mental kita belum siap sepenuhnya, seperti tadi, belum makan, atau
sebelumnya habis sakit dan bahkan, pikiran-pikiran buruk tadi juga dapat
membebani kita. Agar dapat mengetahui bagaimana rasanya, maka rasakanlah.
Jangan dengarkan apa yang orang bilang, atau jangan percaya dengan penglihatan
semu tentang donor darah, tapi rasakanlah secara langsung, bahwa donor darah
itu bukanlah sesuatu hal yang perlu ditakuti, dan kita tidak akan K.O hanya
karena mendonorkan darah.
Dan dibalik itu semua, banyak hikamh yang bisa kita dapat.
Kita telah berbagi dengan orang yang memang membutuhkan bantuan kita. Walau
tidak kita lihat langsung, tapi dibelahan dunia sana, banyak yang membutuhkan
bantuan darah kita agar mereka dapat bertahan hidup. Bukan penyakit yang
ditimbulkan sehabis donor darah, tapi kesehatanlah yang akan menghampiri kita.
Darah kita memang sebaiknyalah untuk dikeluarkan agar tubuh kembali meproduksi
darah baru.
Tapi, sebelum donor darah sebaiknya menjaga kesehatan tubuh.
Tidur yang cukup dimalam sebelumnya, makan dihari kita akan donor darah. Jangan
mendonorkan darah jika beberapa hari sebelumnya sakit dan jangan juga terlalu
sering mendonorkan darah.
Mari berbagi karena “Berbagi itu Indah”.
0 comments:
Post a Comment